Kamis, 20 Juni 2013

ANEMIA DAN THALASEMIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah. Jadi, anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006). Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006). Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12.
Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling banyak di Indonesia.  Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar 2000 orang per tahun. Walupun begitu, masyarkat  tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini.  Hal ini disebabkan karena gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah-muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat, dan tepat.

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.3  TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan yang lebih mendalam mengenai anemia akibat thalassemia ini. Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat.

1.4  MEMFAAT






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ANEMIA DAN THALASEMIA
            Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin. dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia)

2.2Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta. Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda.  Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.

2.3 SKEMA PATOFISIOLOGI ANEMIA AKIBAT THALASEMIA

Thalasemia merupakan suatu kelainan darah, oleh sebab itu kita harus membicarakan terlebih dahulu mengenai darah dan fungsi darah sebelum kita dapat memperbincangkan lebih lanjut mengenai thalasemia.
2.3.1 Apa itu darah? 
Darah merupakan bagian dari tubuh kita. Ia dipompa berputar dalam tubuh oleh jantung kita, dan ia beredar dalam pembuluh darah yang menyebar diseluruh tubuh kita. Pembuluh darah itu adalah (1) pembuluh arteri, (2)pembuluh kapiler, dan (3) pembuluh vena (lihat Gambar 1). Ketika jantung memompa darah, pertama-tama darah itu mengalir ke dalam pembuluh arteri besar, kemudian masuk pembuluh arteri yang lebih kecil dan akhirnya sampai pada pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler ini sangat kecil yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, tetapi pembuluh kapiler ini sangat penting karena selagi darah mengalir didalamnya, darah mengeluarkan udara dan makanan, dan memindahkannya ke jaringan tubuh, kemudian mengambil sisa pembuangan untuk disingkirkannya. Setelah ini darah mengalir ke dalam pembuluh vena, dan kembali kejantung.

http://photos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs650.snc4/61044_163361680346462_162303330452297_567121_4787102_a.jpg
2.3.2 Terbentuk dari apakah darah itu?
Darah terbentuk dari suatu cairan kuning yang ringan --yang disebut plasma-- dan tiga jenis "sel" (lihat Gambar 2).Sesungguhnya, seluruh tubuh kita ini dibentuk dari blok blok bangunan kecil yang disebut sel, yang terlalu kecil untuk dilihat. Di dalam banyak jaringan, sel-sel itu tetap bersatu, namun di dalam darah, sel-sel ini mengambang dan bergerak bebas di dalam plasma. Ada 3 jenis sel darah: (1) sel darah merah, (2) sel darah putih dan (3) sel darah pembeku / keping keping darah (platelets).

2.3.3Apa yang darah lakukan?
Setiap komponen darah mempunyai fungsinya sendiri.Plasma membawa air, garam dan zat-zat seperti makanan,hormon dan obat-obatan ke jaringan tubuh, dan mengangkut zat-sisa, untuk dibuang melalui paru-paru(dalam bentuk nafas) dan dibuang melalui ginjal (dalam bentuk air seni). Sel darah putih mempertahankan badan kita terhadap infeksi /peradangan. Sel darah pembeku menghentikan kehilangan darah jika kita terluka. Ketika pembuluh darah mendapat kerusakan, Keping keping darah ini bersatu dan merintangi pembuluh, sedemikian hingga dapat menghentikan kehilangan darah lebih lanjut.
Kita mempunyai sel darah merah yang lebih banyak dibandingkan dengan sel darah putih. Sel darah merah ini penuh dengan haemoglobin, yang berwarna merah, dan haemoglobin inilah yang membuat darah kita terlihat merah. Haemoglobin mengambil oksigen dari udara di dalam paru-paru, dan pada gilirannya membawa oksigen ini ke jaringan tubuh, dan melepaskannya. Untuk hidup, jaringan tubuh perlu bernafas, sehingga jaringan tubuh itu memerlukan oksigen. Sel darah merah yang baru selalu dibuat setiap saat di dalam sumsum tulang. Mereka hanya hidup sekitar 120 hari. Kemudian sel darah merah ini akan dihancurkan di dalam limpa.
2.3.4 Apa itu "anemia"?
Jika kamu mempunyai terlalu sedikit sel darah merah, atau mempunyai terlalu sedikit jumlah haemoglobin pada sel darah merah, kamu termasuk "anemia". Secara sederhana anemia berarti kekurangan darah. Jika anemianya termasuk ringan, hal ini tidak membahayakan dan bahkan kita mungkin tidak memperhatikannya.
Akan tetapi jika anemianya termasuk berat, kita akan sakit, karena jaringan tubuh kita tidak mendapat oksigen yang cukup. Bentuk anemia yang paling umum adalah 'anemia kekurangan zat besi'. Anemia jenis ini akan terjadi jika kita tidak mendapat cukup zat besi didalam makanan kita. Jadi anemia jenis ini dapat diobati dengan obat penambah zat besi. Thalasemia sungguh berbeda dari 'anemia kekurangan zat besi'. Thalasemia Itu merupakan 'anemia warisan/turunan' dan tidak bisa diobati dengan obat manapun.
2.3.5 Bagaimana mengukur anemia?
Dengan mengukur jumlah haemoglobin yang ada didalam darah. Ini cukup mudah. Terdapat dua cara untuk menjelaskan hasilnya, kita akan menggunakan kedua cara itu dalam buku ini. Di sebagian tempat tingkat haemoglobin dijelaskan sebagai “persen dari normal”, contohnya: tingkat-haemoglobinnya 63%. Haemoglobin untuk ringkasnya kita tulis Hb. Dengan cara ini dijelaskan bahwa tingkat-Hb yang umum untuk pria adalah 90-110%, untuk wanita dan anak anak sekitar 77-100%. “Anemia sedang” (moderate) berarti tingkat-Hbnya berkisar 55-70%. “Anemia berat” (severe) berarti tingkat-Hbnya dibawah 55%. Di tempat yang lain, tingkat-Hb dijelaskan sebagai gram-Hb per desiliter (sepersepuluh liter) darah. Satugram/desiliter (g/dl) setara dengan 7% Hb. sebagai contoh, tingkat-Hb 63% = 9 g/dl. Dengan cara ini, tingkat-Hb yang umum untuk pria adalah 13-16 g/dl, untuk wanita dan anak-anak sekitar 11-14 g/dl. Anemia-sedang berarti tingkat-Hbnya berkisar 8-11 g/dl. Anemia-berat berarti tingkat-Hbnya dibawah 8 g/dl.
http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs651.snc4/61093_163363317012965_162303330452297_567141_6158559_a.jpg
Gambar ini (lihat Gambar 3) menunjukkan cara yang berbeda untuk menjelaskan tingkat-Hb, skala kiri untuk %Hb (dari normal), skala kanan g/dl cara yang lebih modern. Pada sisi kanan, ditunjukkan cakupan Hb normal untuk pria, wanita, dan anak anak. Gambar ini juga menjelaskan tingkat-Hb pada skema tranfusi-rendah dan skema tranfusi-tinggi (low tranfusion and high tranfusion). Pada skema tranfusi-rendah, tingkat-Hb sebelum tranfusi diijinkan turun serendah 6-7 g/dl atau bahkan lebih rendah. Satu atau dua unit kantong darah hanya dapat meningkatkan Hb 2-4 g/dl, jadi Hb setelah tranfusi jarang melebihi 10-11 g/dl.
Pada skema tranfusi-rendah, pasien tak pernah mempunyai pengalaman dengan tingkat-Hb yang normal. Pada skema tranfusi-tinggi, Hb tidak diijinkan turun dibawah 10 g/dl. Pasien dengan skema tranfusi-tinggi mempunyai tingkat-Hb yang normal hampir pada setiap saat. Tentu saja, dalam thalasemia mayor tingkat-Hb berubah setiap saat, karena tranfusi yang diterimanya. Gambar 3 menunjukkan cara yang berbeda menjelaskan tingkat-Hb, dan tingkat-Hb normal pria, wanita, dan anak anak. Juga menunjukkan tingkat-Hb yang dijaga oleh skema tranfusi-rendah dan skema tranfusi-tinggi.
THALASEMIA: Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan / diwariskan. Ia mengurangi jumlah haemoglobin yang dapat dibentuk oleh tubuh,sehingga Ia menyebabkan anemia.

2.3.6 Bagaimana thalasemia diwariskan orang tua kepada anak-anaknya?
Setiap karakteristik tubuh dikendalikan oleh gen(gene). Gen ini mengendalikan pertumbuhan mulai dari embrio, dan mengendalikan semua fungsi fisik kita. Gen terdapat didalam setiap sel dari tubuh kita. Kita mempunyai dua untuk setiap jenis gen, satu dari ibu, dan yang satu lagi dari ayah. Di antara banyak gen-gen yang lain, kamu mempunyai dua gen yang mengendalikan bagaimana haemoglobin itu dibuat dalam setiap sel darah merah. Orang “Normal” adalah normal sebab mereka mempunyai dua gen yang normal untuk haemoglobin. Pembawa-sifat yang sehat (Carrier) dari b-thalassaemia trait (trait=ciri) mempunyai satu gen normal untuk haemoglobin dan satu gen yang berubah, mereka sehat karena satu gen-nya bekerja dengan baik. Oleh karena satu gen diwariskan dari setiap orang tua, sekurangnya satu dari orang tua mereka haruslah pembawa-sifat. Orang dengan b-thalassaemia-mayor mempunyai dua gen yang berubah, satu diwariskan dari masing-masing orang tuanya, jadi kedua orang tuanya pastilah pembawa-sifat.
http://photos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs344.ash2/62482_163364180346212_162303330452297_567151_2594864_a.jpg
Anak dikandung ketika sperma dari ayah bertemu sel telur dari ibu. Telur dan sperma dibuat sedemikian sehingga mereka hanya membawa satu untuk setiap gen dari orang-tuanya. Ketika sperma dan telur bertemu dan menjadi satu, terbentuklah embrio. Materi embrio ini mempunyai dua gen lagi untuk setiap karakteristiknya, satu dari ibu dan satu dari ayah(lihat Gambar 4).
Telur atau sperma dari orang normal selalu membawa gen yang normal untuk haemoglobin, dan dgn demikian tidak bisa menjangkitkan thalasemia. Ketika Carrier menghasilkan telur atau sperma, setiap telur atau sperma membawa satu gen normal atau satu gen thalasemia, tetapi tidak keduanya. Jadi separuh telur adalah thalasemik danseparuh lagi adalah normal; setengah sperma adalah thalasemik dan setengah lagi adalah normal. Sekarang mari kita perhatikan tiga jenis pasanganyang menikah:
http://photos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs329.ash2/60958_163365120346118_162303330452297_567163_2055622_a.jpg
1. Kedua Orang tuanya ( OrTu ) “normal”.
Mereka tidak mungkin menurunkan “ciri” thalassaemia (thalasemia-trait) atau thalassaemia mayor kepada anak-anak mereka (lihat Gambar 5).
http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs659.snc4/59977_163365317012765_162303330452297_567170_4029044_a.jpg
2. Satu Orang tua thalasemia-trait dan yang lain“normal”.
Semua anak haruslah diwarisi gen normal dari OrTu“normal”, namun mereka mungkin diwarisi gen normal atau gen thalasemik dari Ortu pembawa-sifat. Setiap anak mempunyai separuh kemungkinan (50%) untuk diwarisi gen thalasemik dari OrTu pembawa sifat, jika hal ini terjadi si anak menjadi pembawa-sifat. Separuh kemungkinan (50%) juga diwarisi gen normal dari Ortu pembawa sifat: jika ini terjadi si anak sepenuhnya normal. Tak ada satupun anak dari pasangan ini yang memiliki thalasemia mayor (lihat Gambar 6).
http://photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs339.ash2/61933_163365610346069_162303330452297_567174_8020469_a.jpg
3. Kedua Orang tuanya adalah pembawa-sifat b-thalasemia (Carrier):yakni mereka adalah pasangan yang “beresiko”.
Ketika sang ibu memproduksi sebuah telur (umumnya sebulan sekali), telur itu bisa benar benar normal atau sepenuhnya thalasemik. Tak ada cara untuk menjelaskan yang mana yang akan terjadi. Sang ayah memproduksi sperma yang separuhnya benar benar normal dan separuhnya lagi sepenuhnya thalasemik.
Ketika sang ibu memproduksi telur yang benar benar normal, tak menjadi masalah jenis sperma mana yang membuahinya. Jika telur normal itu dibuahi oleh sperma yang normal, si anak akan sepenuhnya normal. Jika telur normal itu bertemu dengan sperma thalasemik, si anak akan sehat dengan membawa sifat thalasemia. Akan tetapi jika sang ibu memproduksi telur thalasemik, akan menjadi masalah besar tergantung jenis sperma yangmembuahinya. Jika sperma yang membuahinya adalah sperma yang normal, si anak akan sehat dengan membawa sifat thalasemia. Akan tetapi jika telur thalasemik itu dibuahi oleh sperma thalasemik, si anak akan memikili thalasemia mayor. Inilah alasan mengapa pasangan pembawa-pembawa sifat ini mempunyai seperempat(25%) kemungkinan dalam setiap kehamilan untuk mempunyai anak dengan thalasemia mayor, separuh (50%) kemungkinan mempunyai anak dengan “ciri” thalasemia, dan seperempat (25%) kemungkinan anak yang mewarisi gen normal dari kedua orang tuanya sehingga si anak sepenuhnya normal. Kesempatan ini adalah sama pada setiap kehamilan. Suatu hal yang memungkinkan menguji janin selama kehamilan, untuk melihat apakah si janin itu memiliki thalassaemia mayor. Kemudian orang tua dapat memutuskan untuk meneruskan kehamilan tersebut atau tidak. Pengujian ini disebut “diagnosa prenatal”. Untuk melakukan pengujian ini, perlu dipelajari darah dari kedua orang tuanya, untuk menemukan secara persis jenis gen thalasemia yang mereka bawa.
2.4 KLASIFIKASI
2.4.1 Klasifikasi Anemia
1. Klasifikasi berdasarkan morfologi
a. Anemia Hipokromik Mikrositer (MCV <>
1. Anemia defisiensi besi
2. Thalasemia
3. Anemia akibat penyakit kronik
4. Anemia sideroblastik
b. Anemia Normokromik Normositer (MCV 80-95 fl, MCH 27-34 pg)
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia aplasrik-hipoplastik
3. Anemia hemolitik – terutama yang didapat
4. Anemia akibat penyakit kronis
5. Anemia mieloplastik
6. Anemia pada gagal ginjal kronis
7. Anemia pada mielifibrosis
8. Anemia pada sindroma mielodisplastik
9. Anemia pada leukemia akut
c. Anemia Makrositer (MCV > 95 fl)
1.Megaloblastik
a. Anemia defesiensi folat
b. Anemia defesiensi vitamin B12
2.Non megaloblastik
a. Anemia pada penyakit hati kronik
b. Anemia pada hipotiroid
c. Anemia pada sindroma mielodisplastik
2. Klasifikasi berdasarkan etiopatogenesis
a. Produksi eritrosit menurun
1. Kekurangan bahan untuk eritrosit
2. Gangguan utilisasi besi
3. Kerusakan jaringan sumsum tulang
4. Fungsi sumsum tulang kurang baik oleh karena sebab tidak diketahui
b. Kehilangan eritrosit dari tubuh
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia pasca perdarahan kronis
c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh
1. Faktor ekstrakorpuskuler
a. Antibodi terhadap eritrosit
1. Atoantibodi : AIHA (autoimmune hemolytic anemia)
2. Isoantibodi : HDN (hemolytic disease of new born)
b. Hipersplenisme
c. Pemaparan terhadapa bahan kimia
d. Akibat infeksi bakteri/parasit
e. Kerusakan mekanis
2. Faktor intrakorpuskuler
a. Gangguan membran
1. Hereditary spherocytosis
2. Hereditary elliptocytosis
b. Gangguan enzim
1. Defesiensi pyruvat kinase
2. Defesiensi G6PD (glucose-6 phosphate dehydrogenase)
c. Ganggguan hemoglobin
1. Hemoglobinopati structural
2. Thalasemia


2.4.2  klasifikasi thalasemia
Secara molekuler talasemia dibedakan atas :
  1. Thalasemia a (gangguan pembentukan rantai a)
  2. Thalasemia b (gangguan p[embentukan rantai b)
  3. Thalasemia b-d (gangguan pembentukan rantai b dan d yang letak gen nya diduga berdekatan).
  4.  Thalasemia d (gangguan pembentukan rantai d)
Secara klinis talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu :
  1. Thalasemia Mayor (bentuk homozigot) Memberikan gejala klinis yang jelas
  2. Thalasemia Minor biasanya tidak memberikan gejala klinis


Penyebab Anemia
Penyebab umum dari anemia:
o Perdarahan hebat
o Akut (mendadak)
o Kecelakaan
o Pembedahan
o Persalinan
o Pecah pembuluh darah
o Kronik (menahun)
o Perdarahan hidung
o Wasir (hemoroid)
o Ulkus peptikum
o Kanker atau polip di saluran pencernaan
o Tumor ginjal atau kandung kemih
o Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
• Berkurangnya pembentukan sel darah merah
o Kekurangan zat besi
o Kekurangan vitamin B12
o Kekurangan asam folat
o Kekurangan vitamin C
o Penyakit kronik
o Meningkatnya penghancuran sel darah merah
o Pembesaran limpa
o Kerusakan mekanik pada sel darah merah
o Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:
 Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
§
 Sferositosis herediter
§
 Elliptositosis herediter
§
o Kekurangan G6PD
o Penyakit sel sabit
o Penyakit hemoglobin C
o Penyakit hemoglobin S-C
o Penyakit hemoglobin E
o Thalasemia


Bab III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Thalassemia merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh ketidaknormalan pada protein globin yang terdapat di gen. Jika globin alfa yang rusak maka penyakit itu dinamakan alfa-thalassemia dan jika globin beta yang rusak maka penyakit itu dinamakan alfa thalassemia. Gejala yang terjadi dimulai dari anemia hingga osteoporosis. Thalassemia harus sudah diobati sejak dini agar tidak berdampak fatal. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan melakukan transfusi darah, meminum beberapa suplemen asam float dan beberapa terapi.

3.2 SARAN


DAFTAR PUSTAKA
Buku "Apa Itu Thalasemia?" (edisi kedua, 1995)
oleh Dr. RINO VULLODr. BERNADETTE MODELL, Dr. EVGENIA GEORGANDA dibantu oleh Dr. Beatrix Wonke, Dr. Alan Cohen
  • Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
  • Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
  • Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
  • Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
  • Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
  • Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
  • Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
  • Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar